RSS

JILBAB Mengurangi Risiko KANKER

Saat ini, jilbab bukan lagi fenomena kelompok sosial tertentu, tetapi sudahmenjadi fenomena seluruh lapisan masyarakat. Tidak sedikit jumlah artis,eksekutif, dan publik figur lainnya menggemari dan menggunakannya.
Beruntunglah Anda yang sudah mengenakan jilbab (veil), kerudung bagi wanitamuslim ini tak hanya menunjukkan kerendahan hati dan kesopanan, tetapi jugamelindungi Anda dari penyakit mematikan.
Jilbab yang dikenal dengan beberapa istilah, seperti chador (Iran), pardeh(India dan Pakistan), milayat (Libya), abaya (Irak), charshaf (Turki),hijab (Mesir, Sudan, dan Yaman), dapat memperkecil risiko pemakainyaterkena kanker tenggorokan dan hidung. Alasannya, jilbab mampu menyaringsejumlah virus yang suka mampir ke saluran pernapasan bagian atas.
Profesor Kamal Malaker asal Kanada, menyatakan wanita Arab Saudi - yangsebagian besar menutup wajahnya secara penuh- jarang sekali terserang virusepstein barr, yang menyebabkan kanker nasofaring. Bisa dikatakan jumlahpenderita kanker jenis ini sangat rendah.
"Jilbab melindungi wanita dari infeksi saluran pernapasan bagian atas, "tulis Saudi Gazette, Jum’at (19/3), mengutip pernyataan Malaker, "Di ArabSaudi, jumlah wanita penderita kanker nasofaring sangat rendah dibandingkanlaki-laki," lanjut Malaker.
"Kenyataan ini sungguh menarik, bagaimana pakaian adat yang begitusederhana memiliki pengaruh begitu besar pada kehidupan manusia," ujarMalaker, kepala bidang onkologi radiasi Rumah Sakit King Abdul Azis.
Kanker nasofaring merupakan kanker yang paling banyak diderita masyakarakatuntuk jenis kanker Telinga Hidung Tenggorokan (THT) Kepala Leher (KL).
Tingginya angka penderita kanker nasofaring terutama akibat keberadaanvirus epstein barr yang hampir ada pada 90 persen masyarakat di negaraberkembang. Jika virus tersebut ’terbangun’, maka dapat terjadi mutasi selyang berujung pada kanker nasofaring.
Nasofaring merupakan saluran yang terletak di belakang hidung, tepatnya diatas rongga mulut.
Gejala awal dari kanker nasofaring tersebut antara lain gejala pada telingayang ditandai dengan dengingan terus-menerus pada telinga.
Di samping itu, sering disertai gejala pada hidung seperti pilekberkepanjangan yang disertai dengan darah, suara parau yang berkepanjangan,sering mimisan dan nyeri saat menelan.
Kanker nasofaring merupakan penyakit kanker keempat yang paling banyakmenyerang penderita kanker di Indonesia. (zrp/Reuters)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kiat Mendidik Anak

Bagi para Netters , kaum ibu khususnya saya mencoba menuliskan beberapa tips untuk mendidik anak yang bukan cara yang mudah bagi kaum ibu dan semoga bermanfaat yang walaupun juga saat ini saya sendiri yang dikarunia 3 putri yang masih balita yang saya coba tanamkan pada putri2 cilik saya.
1. Percaya Diri (Dasar)Anak umumnya membentuk kepercayaan dirinya melalui suasana lingkungan , bersumber dari nada suara, bahasa tubuh dan ekspresi kita yang akan diserap oleh anak. Dari kata-kata dan tindakan kita sebagai orang tua akan sangat berpengaruh pada perkembangan anak. Kita bisa berikan pujian yang akan membuat anak bangga, membiarkan mereka melakukan hal yang mereka inginkan untuk dirinya sendiri, yang akan membuat mereka merasa mandiri. dan sebaliknya membandingkan anak dengan anak lain akan membuat mereka merasa tak berguna. Sebagai acuan kita sebagai or-tu, hindari untuk membuat pernyataan kalimat seperti "bodoh" atau "kelakuan kamu seperti bayi", komentar ini akan tertanam dalam diri anak. usahakan sebisa mungkin pilih kalimat yang tepat saat kita ingin berbicara dengan anak. Biarkan anak tahu bahwa semua orang bisa melakukan kesalahan dan kita tetap menyayanginya yang walaupun dalam diri kita tidak menyukai apa yang dia lakukan.
2. Memuji Pernahkan terbersit dalam pikiran kita bahwa kita suka bereaksi negatif terhadap anak ? mungkin jika ingat2 sering sekali kita lakukan hal ini terhadap tanpa jarang terucap untuk memuji untuk memberikan kesenangan pada hati anak kita.Dengan kita memberikan pujian dengan kasih sayang akan menanamkan keberanian pada anak untuk terus berperilaku baik dalam jangka waktu lama.
3. DisiplinDengan kita menanamkan disiplin pada anak akan menolong anak untuk berprilaku yang baik dan belajar mengontrol diri dan juga dapat melihar batas-batas yang kita kembangkan untuk mereka agar bisa bertanggung jawab ketika dewasa kelak. Kita bisa menciptakan peraturan2 dirumah akan menlolong anak mengerti harapan2 kita dan mengontrol diri seperti : mengatur waktu nonton tv sebelum mereka menyelesaikan PR-nya atau tak boleh memukul atau memanggil nama pada yg lebih tua dsb.
4. Waktu LuangKesibukan pada or-tu yg bekerja terkadang membuat anak sulit untuk berkumpul walaupun hanya untuk makan malam bersama ataupun liburan. Kita tidak menyadari dari kebersamaan tsb penting utk menjalin kedekatan dan keakraban pada anak. Sebisa mungkin sediakan waktu bersama spt. saparapn , jalan2 waktu liburan akhir minggu dsb.
5. Menjadi Contoh Yang BaikAnak yang msh belia umumnya akan belajar berprilaku dari orangtua dari sejak dini. Dengan demikian kita harus berhati2 berprilaku didepan anak2 spt kita sedang marah2 dengan memukul , si anak akan memiliki contoh pada temannya sendiri.
6. KomunikasiKita sebagai or-tu sebisa mungkin menyisihkan waktu untuk dapat berkomunikasi pada anak dengan memberikan penjelasan jika sedang membuat PR atau nonton TV, bersikap terbuka atau membahas suatu masalah.
7. FleksibelJika kita kewalahan atau tak sanggup menghadapi prilaku anak, bisa jadi karena harapan kita terlalu besar. Kebanyakan kita para or-tu berharap anaknya bisa menjadi apa yg kita inginkan . dan lingkungan memberikan pengarauh besar pada perkembangan anak. Kita selalu mengatakan "tidak' atau "jangan" tidak baik utk perkembangannya, maka bersikaplah fleksibel dan jangan terlalu kaku.
8. CintaSebagai or-tu , kita bertanggung jawab penuh untuk mendidik anak2 kita dengan memperbaiki dan memimpin anak. Jauhkan diri kita pada anak yang hanya selalu mengkritik , menyalahkan atau mencari kesalahan yang dpt membuat tidak percaya diri pada si anak. Cobalah kita bersikap menyayangi dan mencintai.
9. Orang Tua bukan SupermanYang perlu kita sadari bahwa kita bukan sebagai Superman, bukan orang yg sempurna, dan kita memiliki kekuatan dan kelemahan . Jadi kita sendiri juga harus mengenali diri kita sendiri dan juga kenali kemampuan kita, miliki pengharapan atas diri kita, pasangan serta anak2 kita. Mulailah kita mempunyai management yang baik dalam hal mendidik anak, fokukskan pada hal yang butuh perhatian yang besar. Akui jika anda tak sanggup. Memperhatikan kebutuhan diri yang nantinya akan membuat kita egois. Dengan demikian , kebutuhan kita penting sebagai contoh anak.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Letak Kecantikan Wanita

Untuk membentuk bibir yang menawan, ucapkan kata-kata kebaikan. Untuk mendapatkan mata yang indah, carilah kebaikan pada setiap orang yang anda jumpai. Untuk mendapatkan bentuk badan yang langsing, bagikanlah makanan dengan mereka yang kelaparan. Untuk mendapatkan rambut yang indah, mintalah seorang anak kecil untuk menyisirnya dengan jemarinya setiap hari. Untuk mendapatkan sikap tubuh yang indah, berjalanlah dengan segala ilmu pengetahuan, dan anda tidak akan pernah berjalan sendirian.
Manusia, jauh melebihi segala ciptaan lain. Perlu sentiasa berubah, diperbaharui, dibentuk kembali, dan diampuni. Jadi, jangan pernah kecilkan seseorang dari hati anda. Apabila anda sudah melakukan semuanya itu, ingatlah senantiasa. Jika suatu ketika anda memerlukan pertolongan, akan senantiasa ada tangan terhulur. Dan dengan bertambahnya usia anda, anda akan semakin mensyukuri telah diberi dua tangan, satu untuk menolong diri anda sendiri dan satu lagi untuk menolong orang lain.
Kecantikan wanita bukan terletak pada pakaian yang dikenakannya, bukan pada bentuk tubuhnya, atau cara dia menyisir rambutnya. Kecantikan wanita terdapat pada matanya, cara dia memandang dunia. Karena di matanya terletak gerbang menuju ke setiap hati manusia, di mana cinta dapat berkembang.
Kecantikan wanita bukan pada kehalusan wajahnya. Tetapi kecantikan yang murni, terpancar pada jiwanya, yang dengan penuh kasih memberikan perhatian dan cinta dia berikan. Dan kecantikan itu akan tumbuh sepanjang waktu.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

idihh... ga bisa masak??!!

Hasan mengeryitkan kening ketika menyantap nasi goreng buatan Ami, istrinya. Dibibirnya tersungging sebuah senyaman tipis, sementara Ami memandang suaminya penuh rasa cemas. Benar dugaannya, hingga kali ketiga ia memasakkan nasi goreng untuk suaminya, ternyata belum juga bisa terasa pas di lidah. Enak … hibur suaminya sambil meneruskan, cuma terlalu asin. Ami tersenyum kecut menahan malu. Setelah hampir sebulan lalu keduanya menikah, baru tak lebih dari dua pekan mereka menempati rumah kontrakannya. Sejak saat itu Ami memang harus mencuci, memasak dan menyetrika sendiri. Pekerjaan-pekerjaan yang tak pernah ia sentuh ketika masih gadis. Ibunya tak pernah mengajarkan pekerjaan-pekerjaan semacam itu kepadanya, dan semasa kuliah pun waktunya habis untuk belajar. Beruntung, Hasan termasuk suami yang mau mengerti latar belakang kehidupan istrinya, hingga selanjutnya justru Hasanlah yang mengajari Ami berbagai resep masakan.

Di era globalisasi ini, semakin banyak gadis yang senasib seperti ami Sekolah tinggi, pandai, mandiri, tetapi tak bisa memasak, tak suka mencuci ataupun menyapu halaman. Kamarnya penuh buku diktat berantakan, debu di rak buku dan jendela sudah berminggu-minggu belum dibersihkan, tetapi gadis penghuni kamar itu tetap asyik berkutat dengan buku-buku pelajaran dan komputernya.
Jika dilihat dari kesibukan jadwal dan materi pelajaran yang ekstra berat, kita mungkin bisa memahami mengapa gadis-gadis pandai itu begitu giat belajar hingga melalaikan pekerjaan-pekerjaan teknis. Dianggapnya pekerjaan-pekerjan itu hanya membuang waktu, buang tenaga, tidak bermanfaat, dan terlalu remeh dibandingkan tugas belajar yang berat. Benarkah pendapat itu?
Tentu saja salah besar. Setiap pekerjaan, seremeh apapun, pasti ada manfaatnya. Khusus untuk pekerjaan-pekerjaan kecil dalam rumah tangga seperti ini, sebenarnya memiliki manfaat cukup besar pula bagi kaum hawa. Apa saja manfaatnya, akan kita bahas berikut ini.

Bukan Pekerjaan Remeh
Pekerjaan memasak, misalnya, akan menajamkan perasaan seseorang. Kepandaian merajang bawang merah dengan sama tipis, sama sekali bukan hal yang mudah. Memperkirakan minyak agar tidak terlalu panas sehingga kerupuk bisa mekar dengan baik sempurna, kuningnya pas, dan tidak terlalu coklat pun butuh kepekaan perasaan. Belum lagi persoalan penataan hidangan di meja makan, bagaimana bisa nampak lebih menarik untuk disantap, semuanya butuh kelembutan perasaan dan ketrampilan motorik halus jari-jari tangan.
Mencuci, sekilas nampak seperti pekerjaan kasar semata. Ternyata di sana tetap dibutuhkan juga latihan kesabaran. Kaos kaki dekil, hanya bisa dibersihkan dengan menguceknya kuat-kuat berkali-kali. Bagian dalam kerah baju dan saku, perlu gosokan pelan namun teliti karena debunya tersembunyi di bagian yang sulit dikucek. Belum lagi saat menjemurnya. Jika asal-asalan merentangkan jemuran, ketika kering baju menjadi kusut. Tetapi jika dijemur dengan rapi, hati-hati, diluruskan serat-serat kainnya, maka baju akan lebih terawat rapi, tak mudah kusut maupun molor.
Begitu juga dengan meyeterika, membutuhkan latihan kesabaran yang tak ringan. Untuk bisa menyeterika kerah baju, bahu yang letaknya menyudut, lipatan-lipatan rok yang harus ditata satu demi satu, semuanya tak bisa dikerjakan dengan kasar dan sembarangan dan membutuhkan ketrampilan motorik halus jari-jari tangan pula.
Bagaimana dengan membersihkan kamar, menata buku, atau memasang vas bunga di meja, apakah semuanya pekerjaan remeh? Sama sekali tidak, karena semua ini akan mempertajam kepekaan para gadis terhadap kebersihan dan keindahan rumahnya kelak. Jika terbiasa dengan kamar seperti kapal pecah, lantas siapa yang nantinya berinisiatif memperindah rumahnya kelak? Padahal merawat bunga dalam pot bukan hal yang ringan. Membersihkan debu di sela-sela susunan buku, di sudut-sudut jendela pun butuh ketelatenan. Apakah harus suami yang mengerjakannya? Atau menggantungkan kepada pembantu? Ada pembantu pun tak akan berguna, jika majikannya tak peka terhadap kebersihan dan keindahan rumah.

Persiapkan Diri Kita
Walaupun kita merasa sebagai orang modern, jangan sekali-sekali merasa tak perlu belajar ketrampilan-ketrampilan rumah tangga. Apapun kesibukan kita, latihlah diri kita itu untuk bisa (walau tak harus pandai) memasak, menjahit, mencuci maupun menyeterika.
Jika kita trampil melakukan pekerjaan-pekerjaan tersebut, kepekaan perasaan bisa tetap terjaga, juga kepekaan terhadap kebersihan lingkungan dan tumbuhlah pula cita rasa keindahannya. Kelembutan tangan dan kelincahan motorik halus jari-jari tangan mereka pun tetap terjaga. Dan pada akhirnya, semua itu akan membantu menghaluskan kejiwaan mereka, menumbuhkan kesabaran dan ketelatenannya.
Kepribadian yang halus dan lembut seperti ini akan menyeimbangkan kemandirian, kepandaian dan kemampuan rasio yang mereka dapatkan dari sekolah-sekolah formal yang ada.
Di jaman kehidupan Rasulullah, gadis-gadis telah mendapatkan pelajaran mengenai kehidupan berkeluarga sebelum mereka baligh. Sehingga ketika datang saat baligh, mereka telah dewasa dan siap untuk menjalani hidup pernikahan. Apakah terlalu muda? Tidak, karena kepribadian mereka telah cukup matang. Nah dijaman Rasul aja para gadis seusia kita aja sudah belajar tentang keterampilan keluarga kenapa kita ngga coba belajar aja… selain untuk persiapan diri kita, kalo ada waktu luang kita juga bisa membantu meringankan pekerjaan orang tua kita, tul ga???! ok girl ,mengapa harus menunggu besok detik ini juga kita mencoba seremeh apapun pekerjaannya, pasti ada manfaatnya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

percaya ga percaya

Tips dari Kanjeng Pengeran Harya Tjakraningkrat dari buku bertajuk "Bethaljemur Addamakna". Menurutnya setiap gerakan wanita ketika berjalan, melambangkan keperibadiannya.

Percaya ga???

Bila berjalan, dari belakang kelihatan seperti tidak memijak tanah. Golongan wanita yang jalannya berginjat, konon wanita ini adalah wanita yang tidak jujur, bila berbohong, mulutnya laser dan menyinggung perasaan orang lain. Wanita yang berjalan seperti ini juga terkenal dengan sikap egonya. Lebih parah, wanita ini biasanya pemboros atau suka membazir uang tanpa berpikir sebelum berbelanja. Padahal, uangnya itu masih banyak kegunaannya. Tapi jangan berkecil hati, kerana wanita seperti ini biasanya menjadi pujaan lelaki.
Bila berjalan, sering menoleh ke kanan and kiri. Wanita seperti ini biasanya pandai menyimpan rahsia. Walaupun ramai yang menganggap wanita seperti ini tidak jujur, suka menipu teman sendiri, dan merugikan temannya, namun, byk lelaki yang berusaha untuk menaklukan hatinya. Konon wanita seperti ini senang diatur.
Bila berjalan suka menunduk Cara berjalan melambangkan wanita seperti ini memiliki sifat yang tertutup. Ia hanya akan berbicara dengan orang-orang yang dekat dengannya dan dpt dipercaya untuk menyimpan rahasianya. Wanita seperti ini biasanya sukar untuk ditakluk hatinya. Disamping sikapnya yang dingin, wanita seperti ini tidak peduli dengan kehidupan cinta. Namun, jika ada lelaki yang berhasil menawan hatinya, dijamin akan mendapat kebahagiaan. Sebab, wanita jenis ini sangat setia, dan dia tidak akan mengkhianati lelaki yang dicintainya.
Bila berjalan menatap lurus ke depan. Wanita seperti ini biasanya memiliki pendirian yang teguh. Jangan sekali-sekali menentang apa yang pernah dikatakannya, jika anda tidak mau mendengar dia bicara panjang lebar. Meski pendiriannya teguh, tapi selalu berselisih pendapat. Jangan heran jika wanita seperti ini hanya mau bicara dengan orang yang berpengetahuan luas.
Bila berjalan badan bergerak ke kanan dan kiri. Wanita yang berjalan dengan gaya yang
sedemikian tidak perduli dengan masalah yang berlaku. Apa pun masalah yang ada dihadapannya, dianggap kecil. Padahal masalah itu sebenarnya memerlukan kebijaksanaan dalam menyelesaikannya. Kerana sifatnya yang suka ambil gampangnya ini, banyak persoalan yang akhirnya tidak dapat diselesaikan dan akibatnya merugikan diri sendiri.
Bila berjalan badan tampak tegak Wanita ini tegas menentukan sikapnya sendiri. Dia tidak mau urusan pribadinya dicampuri orang lain. Gaya bicaranya serius, menunjukkan dia memiliki pendirian teguh. Yang menarik dari wanita ini, ia bertanggungjawap terhadap apa yang pernah dilakukannya. Dia menyenangi lelaki yang mandiri tanpa meninggalkan sifat-sifat romantisnya.
Bila berjalan seperti Jerapah. Maksudnya, ketika melangkahkan kaki, kelihatan bergerak ke depan dan ke belakang. Wanita jenis ini sangat lemah perasaannya. Dia seorang yang mudah terasa dan mudah ersinggung. Jadi, saat anda bicara dengannya cobalah menjaga perasaannya agar tidak tersinggung, wanita ini mudah mengeluarkan air mata.
Bila berjalan sambil cengar-cengir, senyam-senyum tanpa alasan jelas ini wanita gila, agak
kurang waras jgn didekati Bila berjalan sambil nyanyi trus bawa kecrekan Berarti dia WARIA, bukan wanita asli..banyak pria yang takut padanya Bila berjalan sambil sesekali memamerkan barisan gigi2nya yang putih HATI HATI dia belom di suntik rabies !
Bila berjalan, dari belakang kelihatan seperti tidak memijak tanah Mungkin dia syetan....lariiiiii......hahahhaha......
kalo ada wanita bisa jalan di air, wuah... itu pasti hang zi yi! :p
Kalo ada wanita berambut panjang menutup muka dan keluar merangkak dari TV anda, maka itu Sadako. Avoid at all cost!
hehehehe afwan... ;p

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

HARGAILAH AIRMATA SEORANG WANITA.....

Seorang anak laki-laki kecil bertanya kepada ibunya"Mengapa engkau menangis?" "Karena aku seorangwanita", kata sang ibu kepadanya. "Aku tidak mengerti", kata anak itu. Ibunya hanya memeluknya dan berkata, "Dan kau tak akanpernah mengerti" Kemudian anak laki-laki itu bertanya
kepada ayahnya, "Mengapa ibu suka menangis tanpaalasan?"
"Semua wanita menangis tanpa alasan", hanya itu yangdapat dikatakan oleh ayahnya.
Anak laki-laki kecil itu pun lalu tumbuh menjadiseorang laki-laki dewasa, tetap ingin tahu mengapa
wanita menangis. Akhirnya ia menghubungi Tuhan, dan iabertanya, "Tuhan, mengapa wanita begitu mudahmenangis?"

Tuhan berkata:
"Ketika Aku menciptakan seorang wanita, ia diharuskanuntuk menjadi seorang yang istimewa. Aku membuatbahunya cukup kuat untuk menopang dunia; namun, harus cukup lembut untuk memberikan kenyamanan "
"Aku memberikannya kekuatan dari dalam untuk mampu melahirkan anak dan menerima penolakan yang seringkali datang dari anak-anaknya "
"Aku memberinya kekerasan untuk membuatnya tetap tegar ketika orang-orang lain menyerah, dan mengasuh keluarganya dengan penderitaan dan kelelahan tanpa mengeluh "
"Aku memberinya kepekaan untuk mencintai anak- anaknya dalam setiap keadaan, bahkan ketika anaknya bersikap sangat menyakiti hatinya "
"Aku memberinya kekuatan untuk mendukung suaminya dalam kegagalannya dan melengkapi dengan tulang rusuk suaminya untuk melindungi hatinya "
"Aku memberinya kebijaksanaan untuk mengetahui bahwa seorang suami yang baik takkan pernah menyakiti isterinya, tetapi kadang menguji kekuatannya dan ketetapan hatinya untuk berada disisi suaminya tanpa ragu "
"Dan akhirnya, Aku memberinya air mata untuk diteteskan. Ini adalah khusus miliknya untuk digunakan kapan pun ia butuhkan."
"Kau tahu: Kecantikan seorang wanita bukanlah dari pakaian yang dikenakannya, sosok yang ia tampilkan, atau bagaimana ia menyisir rambutnya."
"Kecantikan seorang wanita harus dilihat dari matanya, karena itulah pintu hatinya, tempat dimana cinta itu ada."
“Bundamu, makhluk yang sangat kuat Jika kau lihat bunda menangis,Karena Aku beri dia air mata, yang bisa dia gunakan sewaktu-waktu Untuk membasuh luka bathinnya dan memberikan kekuatan baru.”

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Jodoh dan Kedewasaan Kita

Jodoh adalah problema serius, terutama bagi para Muslimah. Kemana pun mereka melangkah, pertanyaan-pertanyaan "kreatif" tiada henti membayangi. Kapan aku menikah? Aku rindu seorang pendamping, namun siapa? Aku iri melihat wanita muda
menggendong bayi, kapan giliranku dipanggil ibu? Aku jadi ragu, benarkah aku punya jodoh? Atau jangan-jangan Tuhan berlaku tidak adil?

Jodoh serasa ringan diucap, tapi rumit dalam realita.Kebanyakan orang ketika berbicara soal jodoh selalu bertolak dari sebuah gambaran ideal tentang kehidupan
rumah tangga. Otomatis dia lalu berpikir serius tentang kriteria calon idaman. Nah, di sinilah segala sedu-sedan pembicaraan soal jodoh itu berawal. Pada mulanya, kriteria calon hanya menjadi 'bagian masalah', namun kemudian justru menjadi inti permasalahan itu sendiri.

Di sini orang berlomba mengajukan "standardisasi" calon: wajah rupawan, berpendidikan tinggi, wawasan luas, orang tua kaya, profesi mapan, latar belakang
keluarga harmonis, dan tentu saja kualitas keshalihan.


Ketika ditanya, haruskah seideal itu? Jawabnya ringan, "Apa salahnya? Ikhtiar tidak apa, kan?" Memang, ada juga jawaban lain, "Saya tidak pernah menuntut. Yang penting bagi saya calon yang shalih saja." Sayangnya, jawaban itu diucapkan ketika gurat-gurat keriput mulai menghiasi wajah. Dulu ketika masih fresh, sekadar senyum pun mahal.

Tidak ada satu pun dalih, bahwa peluang jodoh lebih cepat didapatkan oleh mereka yang memiliki sifat superior (serbaunggul). Memperhitungkan kriteria calon memang sesuai sunnah, namun kriteria tidak pernah menjadi penentu sulit atau mudahnya orang menikah. Pengalaman riil di lapangan kerap kali menjungkirbalikkan prasangka-prasangka kita selama ini.

Jodoh, jika direnungkan, sebenarnya lebih bergantung pada kedewasaan kita. Banyak orang merintih pilu, menghiba dalam doa, memohon kemurahan Allah, sekaligus
menuntut keadilan-Nya. Namun prestasi terbaik mereka hanya sebatas menuntut, tidak tampak bukti kesungguhan untuk menjemput kehidupan rumah tangga.

Mereka bayangkan kehidupan rumah tangga itu indah, bahkan lebih indah dari film-film picisan ala bintang India, Sahrukh Khan. Mereka tidak memandang bahwa kehidupan keluarga adalah arena perjuangan, penuh liku dan ujian, dibutuhkan napas kesabaran panjang, kadang kegetiran mampir susul-menyusul. Mereka hanya siap menjadi raja atau ratu, tidak pernah menyiapkan diri untuk berletih-letih membina keluarga.

Kehidupan keluarga tidak berbeda dengan kehidupan individu, hanya dalam soal ujian dan beban jauh lebih berat. Jika seseorang masih single, lalu dibuai penyakit malas dan manja, kehidupan keluarga macam apa yang dia impikan?

Pendidikan, lingkungan, dan media membesarkan generasi muda kita menjadi manusia-manusia yang rapuh. Mereka sangat pakar dalam memahami sebuah gambar kehidupan yang ideal, namun lemah nyali ketika didesak untuk meraih keidealan itu dengan pengorbanan. Jika harus ideal, mereka menuntut orang lain yang menyediakannya. Adapun mereka cukup ongkang-ongkang kaki. Kesulitan itu pada akhirnya kita ciptakan sendiri, bukan dari siapa pun.

Bagaimana mungkin Allah akan memberi nikmat jodoh, jika kita tidak pernah siap untuk itu? "Tidaklah Allah membebani seseorang melainkan sekadar sesuai kesanggupannya." (QS Al Baqarah, 286). Di balik fenomena "telat nikah" sebenarnya ada bukti-bukti kasih sayang Allah SWT.

Ketika sifat kedewasaan telah menjadi jiwa, jodoh itu akan datang tanpa harus dirintihkan. Kala itu hati seseorang telah bulat utuh, siap menerima realita kehidupan rumah tangga, manis atau getirnya, dengan lapang dada.

Jangan pernah lagi bertanya, mana jodohku? Namun bertanyalah, sudah dewasakah aku?

Wallahu a'lam bisshawaab.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Usia Dua Puluh Tahun

AlDakwah.com--Pertama kali mengenalnya saya tak terlalu terkesan. Biasa saja. Seorang wanita lajang berusia sekitar 27 tahun. Berprofesi sebagia guru TK Islam. Warga paling senior di kost-an yang akan saya masuki. Sedikit kasihan menyelip di dada saya, melihatnya masih sendiri, padahal budaya kampus di lingkungan kami saat itu, usia 27 termasuk dalam kategori terlambat. Lebih dari tujuh tahun yang lalu.

Setelah beberapa lama mengenalnya saya mulai mengaguminya. Dia dewasa. Cerdas, berwawasan luas dan berpikiran bijak, serta maju dan moderat, tidak saklek. Lebih lagi, dia sering dimintai pendapat para orang tua murid tentang anak-anak mereka, dan dicintai oleh anak-anak itu sendiri. Saya sering ikut membantunya mengasuh anak muridnya yang dititipakan di rumah sepulang sekolah karena kedua orang tuanya bekerja.

Saya pernah bertanya, mengapakah dia ‘mau’ hanya sekedar menjadi seorang guru TK, padahal dia punya potensi untuk berkembang lebih baik? Dan apakah dia akan selamanya menjadi guru TK, seperti yang sudah dijalanainya sekitar lima tahun? Tentu saja dia tak ingin ‘begitu-begitu’ saja. Sebagaimana manusia pada umumnya, dia juga punya mimpi. Namun jika Alloh belum menghendaki, adakah yang bisa dilakukan seorang muslimah kecuali menjalani apa yang dipaketkan oleh Alloh dengan sebaik-baiknya? Itu jawabnya waktu itu. Dan dia pun bercerita tentang perjalanan hidupnya.

Tahun 1988, dia lolos Sipenmaru ke UGM Fakultas Ekonomi Akuntansi. Cukup bergengsi. Ketika dia menginjak tahun kedua kuliahnya, mulai ada riak dalam kehidupan keluarganya yang semula sangat berada dan bahagia. Ayahnya meninggal. Sedang keempat kakaknya masih kuliah. Dua di ITB, satu di UI, satu di Unair dan adik bungsunya, laki-laki, diterima di ITB. Maka dia pun memutuskan untuk mundur, demi kakak-kakaknya yang hampir selesai, dan demi adik laki-lakinya. Keluar dari UGM, dia mencoba test masuk STAN dan diterima di Prodip Anggaran. Sebuah pilihan yang realistis, karena kuliah di STAN gratis, bahkan mendapat uang saku.

Namun persentuhannya dengan fikrah islam yang berkembang pesat saat itu membuatnya kembali mengambil keputusan berani: Keluar dari kampus pada tahun kedua kuliahnya. Banyak memang akhwat yang mengambil keputusan keluar dari kampus agar terlepas dari kewajiban ikatan dinas. Sebagian besar dari akhwat yang keluar itu kemudian menikah. Dia? Alloh belum menakdirkan, hingga kami bertemu, lima tahun kemudian. Tentu saja, selama lima tahun itu, banyak yang berubah dalam kehidupan keluarganya. Kakak-kakaknya satu persatu berhasil. Dan mereka pun menawarkan bantuan. Tapi dia lebih memilih hidup dari keringatnya sendiri. Betapa pun berat dan jumud perjalanan hidupya.

Setahun kami bersama, dia mulai mencoba usaha baru dengan bergabung di Pustaka Time Life direct selling. Di sini dia menunjukkan kemampuan marketingnya. Dalam waktu satu tahun, dia mampu menembus target hingga, selain poin yang dia peroleh, dia mendapat bonus satu set ensiklopedi senilai 3,5 juta. Sebuah nilai yang cukup besar untuk tahun 1997. Berbarengan dengan itu, Jurusan Psikologi UI membuka kelas ekstensi malam hari. Berbekal dana yang dikumpulkannya dari penjualan buku Pustaka Time Life, dia pun mencoba mendaftar dan lolos. Maka hari-harinya pun mulai berbeda. Dia menjadi mahasiswi lagi, mulai dari awal, semester satu. Dinamis. Tahun 1998, karena sesuatu hal, dia keluar dari TK tempat dia mengajar, dan pindah ke sebuah lembaga pendidikan sejenis yang sedang berbenah, sebagai sekretaris umum.

Tahun 1998 pula kami berpisah karena saya yang sudah bekerja pindah kantor dan dia tinggal bersama kakaknya. Namun kami tetap keep contact melalui telepon atau janjian untuk ketemu, meski tidak terlalu sering. Dan setiap ketemu kami saling bercerita tentang aktifitas baru kami. Kadang saya juga berkonsultasi atas masalah-masalah saya. Dari pertemuan-pertemuan itulah saya makin mengagumi keuletannya, ketegarannya, dan napas panjangnya untuk tetap menjaga mimpi-mimpinya. Saya tahu, dia memang makin berkembang, saya juga tahu bahwa dia tetap belum menikah. Tapi saya melihat dia menikmati kehidupannya dengan segala aktifitas yang tengah dia jalani. Hampir setahun yang lalu dia berkata pada saya,”Saya tak takut akan pertambahan usia. Alloh akan memberikan saya sesuatu tepat pada masanya. Mungkin kehidupan semacam inilah yang pas untuk saya saat ini”.

Hingga akhirnya, pekan-pekan kemarin saya mendengar kabar, dia akan menikah bulan depan, di usianya yang menjelang 34 tahun. Dan saya yakin, sudah masanya kalau dia menikah sekarang. Pun saat dia sudah menyelesaikan pendidikannya, setelah melanglang tiga kampus ternama di Indonesia. Sebentar lagi dia akan memperoleh gelar Sarjana Psikologinya. Apa yang terjadi dalam kehidupannya saat ini, bagai puzzle yang jatuh pas pada tempatnya. Semua sesuai, semua cocok. Dan saya tak bisa mengingkari sedikit pun bahwa memang sudah selayaknya dia menjabat apa yang dia jabat sekarang. Saat ini, dia adalah seorang profesional muda di jajaran manajemen lembaga pendidikan yang tengah naik daun. Dia juga menjadi konsultan ahli pada sebuah lembaga pelatihan yang sedang dibentuk sebuah jama’ah dakwah yang sedang meroket. Alloh tak pernah mengingkari janjinya pada orang yang bekerja keras dan bersabar. Segala puji bagi-Nya.

****

Saya termenung. Merenungi perjalanan hidupnya, juga perjalanan hidup saya. Sungguh, begitu panjang jalan yang mesti dia tempuh untuk mendapatkan apa yang akhirnya dia dapatkan saat ini. Begitu berliku dan penuh onak duri. Toh, dia tetap menikmati perjalanan itu. Begitu sering kegagalan dia temui, tapi dia tak jemu untuk mencoba lagi.

Beberapa hari lagi, 27 tahun jatah usia akan saya lalui. Dan tiba-tiba saya merasa sangat malu, mengingat tingkah saya beberapa waktu terakhir. Meratapi kegagalan yang berulangkali menimpa diri. Menyesali kenaifan saya selama ini. Menangisi mimpi-mimpi –yang sesungguhnya- sederhana, namun serasa bagai fatamorgana. Dan akhirnya diam, tak mengerti apa lagi yang bisa saya lakukan sekarang. Menghabiskan waktu dengan tidur dan tidak melakukan apa-apa. Saya merasa sangat ketakutan melewati batas usia 27 tahun. Saya melihat, pintu-pintu peluang telah tertutup dan semua berubah menjadi tembok. Mentok. Saya telah –hampir—memutuskan untuk menjalani saja sisa hari-hari, apa adanya. Mungkin inilah takdir kehidupan saya. Saya capek, capek sekali menjalani hidup ini.

Tapi begitukah? Bukankah teman saya baru memulai ketika usianya telah lewat 27 tahun, dan dia berhasil? Bukankah meskipun saya gagal dan gagal lagi, saya telah lebih banyak mencoba dari dia di saat usianya 27? Dan itu artinya saya punya modal pengalaman lebih banyak dibanding dia saat seusianya dulu? Dan bukankah juga saya lebih banyak memiliki jaringan dibanding dia pada saat yang sama? Dengan begitu saya bisa mencoba lagi dengan rencana lebih matang dan desain yang lebih realistis dengan peluang dan kemampuan yang saya miliki?

Maka mengapakah saya harus berhenti, padahal saya sudah jauh meninggalkan tepian, hingga tak memungkinkan bagi saya untuk mundur dan kembali? Maka mengapakah saya berhenti, sedang itu berarti mati? Bukankah terus melangkah dan mencoba adalah jauh lebih baik, meskipun saya harus gagal lagi atau mati, tapi setidaknya saya akan telah mencoba? Dan saya tahu kini, bahwa pilihan saya hanya satu: Saya harus bangkit dan melangkah lagi. Persiapkan perbekalan, agar terus bernapas panjang. Tak ada kata berhenti, kecuali mati.
(Kado kecil untuk seorang ukhti yang akan menempuh hidup baru).end

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS